Hati memang tak selamanya sepi,
namun ketika ku terbiasa menjalani hari seorang diri, melakukan semuanya
sendiri bahkan untuk mengadu pun dalam hati saja.
Tapi kini semuanya berubah ! Ku
rasa ada mahkluk adam yang mulai menghampiriku, menerangi lorong hati yang sepi
dan kelam. Ia terus menyentuh hatiku dengan tawa renyahnya, dengan lelucon basi
yang mampu membuatku tertawa. Bukan dengan tawa palsu seperti yang selama ini
ku lukiskan pada wajahku, ini benar-benar dari hati.
Ku rasa jemarinya perlahan mulai
menyentuh hati rapuhku, ingin ku melawan namun tak mampu. Aku terlalu terbuai
oleh pembawaan dirinya. Perlahan semua ini menghadirkan rasa aneh, rasa yang
belum pernah ku jumpai sebelumnya dan pada siapapun.
Bagai gado-gado yang berisikan
tauge, sayur-sayur,serta lontong, ramai namun enak jika dikemas menjadi satu
bersama saus kacangnya. Tidak berbeda jauh dari gado-gado, perasaanku juga
seperti itu berisikan bahagia, sedih, cemburu, dikemas dalam satu perasaan membingungkan
yang ku sebut itu CINTA.
Entahlah apa itu CINTA. Cinta
yang belum ku tahu apakah akhirnya akan bahagia atau malah sebaliknya akan
mengundang turunnya bulir-bulir air mata yang mengguratkan kecewa. Tapi, sampai
saat ini aku terus menikmati jutaan rasa yang kau beri padaku. Yang kini
menghiasi hidupku yang tak lagi hambar. Ku nikmati setiap sisi indah cinta yang
kau lukiskan pada dinding hatiku.
Wahai sang adam. . .
Dengan malu-malu ku akui, aku
sangat terpukau oleh keindahan serta pembawaanmu.
Ku harap rasa ini akan terus
bertahan disini.
Melukiskan banyak kisah berdua.
Menghiasi kertas putih dengan
coretan-coretan indah cinta kita.
Semoga Tuhan tetap menanamkan
rasa ini pada hati kita.
Hatimu dan hatiku selamanya.
Baubau,
Sulawesi Tenggara, 1 Maret 2013
Dian
Hendalina