Satu Jam Sebelum Perpisahan

Entah keberapa kalinya terucap dari bibir manismu hal yang sebenarnya aku tak ingin sekalipun mendengarnya. Perpisahan !
Aku tau Tuhan menciptakan semuanya imbang. Hitam-putih, Tinggi-rendah, Manis-pahit dan yang pasti pertemuan-perpisahan.
Aku tau semuanya mungkin salahku bagimu, semua egois dan amarah adalah bersumber dariku. Entahlah haruskah mengakui bahwa semua karnaku. Tapi ada satu hal yang harus kau pahami, di dalam kita adalah satu hal yang membuat semuanya lebih rumit, keegoisan kamu dan aku.

Bagaimanapun meski saat ini hubungan kita mendekati kehancuran, rasa cinta yang mungkin telah terganti benci telah melekat di hatimu tapi tidakkah kau masih berusaha mempertahankan semuanya. Tidakkah kau berusaha untuk tetap mempertahankan adanya kita? Pikirkanlah matang-matang dan tanya hatimu apakah masih ada aku? apakah masih ada cinta seperti dulu?

Hari ini beberapa kali aku mengirimmu pesan singkat yang tak ada balasan satupun darimu. Beberapa kali panggilan ku juga tak terjawab olehmu.
Inikah jawaban bahwa memang sudah tidak ada rasa yang seperti dulu.

LED merah menghiasi Blackberry ku, satu pesan singkat mampir dan mampu membuatku tercengang.. sms ini darimu

To Rivaldi :

Terima kasih untuk semua cinta dan luka yang telah kau goreskan dihatiku. Setelah aku berpikir memang hubungan ini cukup sampai disini saja. Saat ini tak ada cinta lagi untukmu, semua hilang tanpa bekas. Carilah wanita yang mencintaimu lebih dari aku.

Ya begitulah isi pesan singkatmu. Singkat memang tapi sangat menyayat hati. Aku mengumpulkan tenaga untuk membalas pesanmu.

To Vera :

Sejahat itukah aku? Keegoisanmu terlalu besar. Selalu saja kau mengambil keputusan hanya dengan kacamatamu saja. Memutuskan semuanya secara sepihak. Berpikirlah secara matang apakah memang tak ada lagi rasa untuk kita? Sudah tak adakah? Kita telah banyak melewati semua dengan begitu banyak cobaan dan kau dengan mudah ingin mengakhiri semua? Menghapus kita dalam hatimu?

To Rivaldi :

Aku telah mantap ingin mengakhiri semuanya .. lupakan semua tentang kau dan aku.

Itulah beberapa potong SMS yang kau kirimkan padaku. Baiklah mungkin memang benar  kata orang cinta itu tak bisa di paksakan. Ini adalah pilihan, pilihan yang terbaik adalah mengakhiri semuanya.. mungkin saja..

Dan satu jam sebelum perpisahan....
ingatlah bagamaina orang yang sekarang paling kau benci ini pernah membuat mu bahagia dan tertawa lepas...
Dan satu jam sebelum perpisahan ini berlalu... tanya hatimu, apakah tak mau menerima ku kembali...
Karna cinta yang ku rasa padamu tak seperti apa yang kau pahami...

Secarik Surat Untuk Dirimu

DEAR SAYANGKU......

Setidaknya sampai malam ini aku masih merindukanmu.
Rasa ini masih bertahan meski terkadang butuh kesabaran untuk mempertahankannya, tak peduli harus berapa kali rasa rindu yang tak tertanggapi ini harus menyerangku.
Setidaknya hatiku tak bisa menolak bahwa diriku masih tetap seperti dulu.... Aku mencintaimu.

Telah kita lewati jarak yang menjadi pemisah kita. Wajah dan pipi tembemmu tak dapat ku lihat lagi. Suara dan beberapa pesan singkatmu yang mengabarkan bagaimana dirimu disana.
Aku tak tahu apakah semua benar, hanya saja cinta yang membuat rasa ini percaya.

Entah kapan kita bertemu....
Memeluk dan meluapkan semua rasa rindu yang selama ini selalu terkalahkan oleh kesibukanmu.
sering kali aku mengatakan rindu, tetapi selalu saja tak ada respon bahwa kau juga merasakan seperti itu.
Tiap kali aku mengatakan rindu, aku butuh waktu dan perhatian lebih, maka waktu itu pula akan tercetus pertengkaran antara kita, kamu dan aku !

Setidaknya jangan seperti itu, buat aku merasa yakin bahwa hatimu masih seperti dulu.
Bahwa masih ada rindu untukku.
Buat aku yakin untuk bertahan terhadapmu, karena disini banyak pria yang mencoba mencuri perhatianku.
Banyak pria yang terlihat lebih peduli terhadapku dibanding kamu, pacarku.

Ya , tapi aku masih tetap seperti ini sayang...
Bertahan....
Aku masih bertahan karena aku berharap masih ada cinta dalam diam dan sikap dinginmu.
Meski aku tak yakin sayang...

           RUMAH RINDU, 22 Mei 2013

*****************************

DIAN HENDALINA

Sang Adam




Hati memang tak selamanya sepi, namun ketika ku terbiasa menjalani hari seorang diri, melakukan semuanya sendiri bahkan untuk mengadu pun dalam hati saja.
Tapi kini semuanya berubah ! Ku rasa ada mahkluk adam yang mulai menghampiriku, menerangi lorong hati yang sepi dan kelam. Ia terus menyentuh hatiku dengan tawa renyahnya, dengan lelucon basi yang mampu membuatku tertawa. Bukan dengan tawa palsu seperti yang selama ini ku lukiskan pada wajahku, ini benar-benar dari hati.
Ku rasa jemarinya perlahan mulai menyentuh hati rapuhku, ingin ku melawan namun tak mampu. Aku terlalu terbuai oleh pembawaan dirinya. Perlahan semua ini menghadirkan rasa aneh, rasa yang belum pernah ku jumpai sebelumnya dan pada siapapun.
Bagai gado-gado yang berisikan tauge, sayur-sayur,serta lontong, ramai namun enak jika dikemas menjadi satu bersama saus kacangnya. Tidak berbeda jauh dari gado-gado, perasaanku juga seperti itu berisikan bahagia, sedih, cemburu, dikemas dalam satu perasaan membingungkan yang ku sebut itu CINTA.
Entahlah apa itu CINTA. Cinta yang belum ku tahu apakah akhirnya akan bahagia atau malah sebaliknya akan mengundang turunnya bulir-bulir air mata yang mengguratkan kecewa. Tapi, sampai saat ini aku terus menikmati jutaan rasa yang kau beri padaku. Yang kini menghiasi hidupku yang tak lagi hambar. Ku nikmati setiap sisi indah cinta yang kau lukiskan pada dinding hatiku.

Wahai sang adam. . .
Dengan malu-malu ku akui, aku sangat terpukau oleh keindahan serta pembawaanmu.
Ku harap rasa ini akan terus bertahan disini.
Melukiskan banyak kisah berdua.
Menghiasi kertas putih dengan coretan-coretan indah cinta kita.
Semoga Tuhan tetap menanamkan rasa ini pada hati kita.
Hatimu dan hatiku selamanya.



                                                                   Baubau, Sulawesi Tenggara, 1 Maret 2013

Dian Hendalina

CINTA SEJATI


CINTA SEJATI

Pada suatu hari Aristoteles bertanya pada gurunya, apa cinta sejati itu?
Gurunya pun menjawab, berjalanlah lurus ditaman bunga yang luas.
Petiklah satu bunga yang terindah menurutmu dan jangan pernah berbalik kebelakang.
Kemudian dia melakukannya, tapi dia kembali dengan tangan hampa. Gurunya pun bertanya “ Mana bungamu? “
Dia menjawab “ saya tidak bias mendapatkannya, sebenarnya saya telah menemukannya tapi saya berpikir didepan masih ada yang lebih indah lagi, tetapi ketika saya sampai diujung taman saya baru sadar yang saya temui pertama tadi itulah yang terindah. Tapi saya tidak bias kembali ke belakang lagi karna sudah ada yang mengambilnya.

Gurunya berkata “ seperti itulah cinta sejati, semakin kamu mencari yang terbaik, maka kamu takkan pernah menemukannya “
Jangan pernah menyianyiakan cinta seseorang yang tumbuh dihatimu saat ini. Karna waktu takkan pernah kembali.

Hujan





                Hawa dingin mulai terasa menghinggapi seluruh pori-pori kulit, hembusan angin yang bertiup mengguncang dedaunan yang tampak pasrah oleh keadaan di pagi ini. Air langit turun tak cukup deras hanya saja bulir-bulir lembutnya terus mendesak masuk melalui kaca jendela.
            Pagi ini tak ada keceriaan anak-anak kecil yang bermain seperti biasa, hanya terdengar semilir angin dan rintikan hujan yang jatuh tepat menghanta tanah.
            Di kaca jendela itu, ada wanita kecil yang sedang duduk  bertopang dagu. Entahlah apa yang dia pikirkan, atau ia hanya ingin menikmati setiap sisi keindahan hujan yang tersembunyi. Mata kecilnya tak henti berpacuh menatapi hujan yang turun dari langit yang mendung itu. Selalu terselip kerinduan di setiap hujan yang turun, menurutnya hujan itu sederhana namun dengan kesederhanaan itu pula ia menjadi istimewa.




Timika, Papua, 20- Mei - 2012
 
Coret Coretan Blog Design by Ipietoon